Mental Tempe

Waktu menunjukan pukul 19.00. Hujan lebat mengguyur kawasan Soekarno Hatta (26/03). Bahu jalan dipehuni para pengendara kendaraan yang berdiam diri, berteduh dalam derasnya hujan. Sejenak menghentikan perjalanan pulangku yang terhenti akan adanya hujan deras yang sama sekali tak bersahabat. Aahh ingin rasa menyegerakan perjalanan kepulanganku ini. Menyudahi aktivitas hari ini yang begitu padat, dan bertemu dengan boneka-bonekaku yang senantiasa menemaniku ketika terlelap letih tiada gairah.
Kaalluuarr.....!!! Seorang pemuda memanggil supir angkot, membukanya pintu angkotnya, tak segan-segan pemuda itu membaku hantam supir yang tak berdaya itu. Teriakan itu terdengar dengan lantangnya, seakan ingin menyaingin suara hujan yang tak kalah kencangnya. Mata para penumpang angkot dan pengguna kendaraanpun tertuju pada kedua orang tersebut yang saling membaku hantam. beberapa orang mencoba menengahi keduanya. Entah apa yang jadi penyebab adu gulat itu. Suasana yang jauh dari kenyamanan, segera saja aku menghidupkan motorku, yah dengan segera pulang ke kosan pikirku. Lagi-lagi terhenti banjir daerah Gedebage, walau sudah biasa tapi untuk kali sungguh terasa berat. jika boleh aku tawa, nanti saja terkepung banjirnya saat ini aku sedang capek, tapi sayangnya tawaran itu tiada bisa terjadi, mau tak mau harus menyembranginya walau dengan hati sesal tiada berbentuk.Kiranya tak sampai disini juga, perasaan lega tak bisa dirasakan begitu saja. kemacetan lumayan parah, disertai banyaknya mobil polisi, dan kerumunan warga di daerah bunderan cibiru, tak jauh pula dari kosantku membuatku bertanya-tanya ada apa ini?. Seperti adegan-adegan film saja, memburu penjahat dan memborgol keduatanganya. Rasa penasaran tak terbendung lagi, ku tanyakan saja ada apa ini pak?kepada salahsatu bapak yang sedang melihat kejadian ini. "biasa neng, barudak garelut". Jawabnya. AAhhh tak ada keingin tahuan untuk selajutnya. Tragis, ucapku lirih. Rapuh jiwa Indonesia saat ini. Otak kini berganti otot, otot mengalihkan fungsinya menjadi otak. jadi tak aneh juga kekerasan merajalela. Lebih tepatnya Indonesia "bermental tempe"

terima kasih ;)

Selalu ada yang menyesakan dada
saat perubahan itu akan dimulai
tak apalah.., ini hanya sebatas kerikil-kerikil kecil yang senantiasa menghentikan langkah ini
hanya bisa tertawa, alangkah baiknya dirimu. menyia-nyiakan waktu untuk selalu menjatuhkanku
tenang saja... aku disini menilaimu dan aku bangga akan usahamu
tenang saja kawan langkah ini tak aka mudahnya untuk berhenti.
aku sarankan untuk berhentilah menghentikan langkahku ini..
prinsip ini akan selalu terjaga, Insya Allah ;)

yang tersisih

Kabut-kabut gelap, seperti hati berbalut cemas tak karuan
Aku terdiam dalam sebuah angan, tragis memang..
jalan mu indah namun tak pernah sedikitpun ingin berbagi
diri ini hanya sekedar rumput hijau di padang ilalang
sungguh tiada arti
kiranya kau membagi sedikit rasa yang selalu kurindu
rindu yang tyada pernah tercapai
andai saja kau memahami, mengerti dan merasakan
bukan jalan ini yang selalu di damba
hanya sekedar memahami
dan tetap senantiasa ada pada syukurnya
rasaku yang tak pernah mati
walau ocehanmu lenhyapkan asa....
oh tuhan beginilah menjadi bagian yang tersisih

Rabu, 27 Maret 2013

Mental Tempe

Diposting oleh Mega Octaviani di 18.23 0 komentar
Waktu menunjukan pukul 19.00. Hujan lebat mengguyur kawasan Soekarno Hatta (26/03). Bahu jalan dipehuni para pengendara kendaraan yang berdiam diri, berteduh dalam derasnya hujan. Sejenak menghentikan perjalanan pulangku yang terhenti akan adanya hujan deras yang sama sekali tak bersahabat. Aahh ingin rasa menyegerakan perjalanan kepulanganku ini. Menyudahi aktivitas hari ini yang begitu padat, dan bertemu dengan boneka-bonekaku yang senantiasa menemaniku ketika terlelap letih tiada gairah.
Kaalluuarr.....!!! Seorang pemuda memanggil supir angkot, membukanya pintu angkotnya, tak segan-segan pemuda itu membaku hantam supir yang tak berdaya itu. Teriakan itu terdengar dengan lantangnya, seakan ingin menyaingin suara hujan yang tak kalah kencangnya. Mata para penumpang angkot dan pengguna kendaraanpun tertuju pada kedua orang tersebut yang saling membaku hantam. beberapa orang mencoba menengahi keduanya. Entah apa yang jadi penyebab adu gulat itu. Suasana yang jauh dari kenyamanan, segera saja aku menghidupkan motorku, yah dengan segera pulang ke kosan pikirku. Lagi-lagi terhenti banjir daerah Gedebage, walau sudah biasa tapi untuk kali sungguh terasa berat. jika boleh aku tawa, nanti saja terkepung banjirnya saat ini aku sedang capek, tapi sayangnya tawaran itu tiada bisa terjadi, mau tak mau harus menyembranginya walau dengan hati sesal tiada berbentuk.Kiranya tak sampai disini juga, perasaan lega tak bisa dirasakan begitu saja. kemacetan lumayan parah, disertai banyaknya mobil polisi, dan kerumunan warga di daerah bunderan cibiru, tak jauh pula dari kosantku membuatku bertanya-tanya ada apa ini?. Seperti adegan-adegan film saja, memburu penjahat dan memborgol keduatanganya. Rasa penasaran tak terbendung lagi, ku tanyakan saja ada apa ini pak?kepada salahsatu bapak yang sedang melihat kejadian ini. "biasa neng, barudak garelut". Jawabnya. AAhhh tak ada keingin tahuan untuk selajutnya. Tragis, ucapku lirih. Rapuh jiwa Indonesia saat ini. Otak kini berganti otot, otot mengalihkan fungsinya menjadi otak. jadi tak aneh juga kekerasan merajalela. Lebih tepatnya Indonesia "bermental tempe"

Kamis, 21 Maret 2013

terima kasih ;)

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.13 0 komentar
Selalu ada yang menyesakan dada
saat perubahan itu akan dimulai
tak apalah.., ini hanya sebatas kerikil-kerikil kecil yang senantiasa menghentikan langkah ini
hanya bisa tertawa, alangkah baiknya dirimu. menyia-nyiakan waktu untuk selalu menjatuhkanku
tenang saja... aku disini menilaimu dan aku bangga akan usahamu
tenang saja kawan langkah ini tak aka mudahnya untuk berhenti.
aku sarankan untuk berhentilah menghentikan langkahku ini..
prinsip ini akan selalu terjaga, Insya Allah ;)

yang tersisih

Diposting oleh Mega Octaviani di 05.58 0 komentar
Kabut-kabut gelap, seperti hati berbalut cemas tak karuan
Aku terdiam dalam sebuah angan, tragis memang..
jalan mu indah namun tak pernah sedikitpun ingin berbagi
diri ini hanya sekedar rumput hijau di padang ilalang
sungguh tiada arti
kiranya kau membagi sedikit rasa yang selalu kurindu
rindu yang tyada pernah tercapai
andai saja kau memahami, mengerti dan merasakan
bukan jalan ini yang selalu di damba
hanya sekedar memahami
dan tetap senantiasa ada pada syukurnya
rasaku yang tak pernah mati
walau ocehanmu lenhyapkan asa....
oh tuhan beginilah menjadi bagian yang tersisih