Ternyata saya belum siap

Ketika merasakan kesakitan yang tidak biasa, ada kekhawatiran yang membuncah.
Untuk melawannya saya hanya bisa berucap dengan penuh harap,
"Allah, saya blm membahagiakan orang tua, saya belum menuntaskan amanah-amanah saya, saya belum menghasilkan karya yg bermanfaat bagi banyak org, saya belum memperbaiki kesalahan2 saya, amal saya jg masih jauh dari kata cukup.
Jangan ambil nyawa saya sekarang ya Allah...
Ternyata saya belum siap!"

Dan sakit adalah nikmat. Perantara atas kasih sayang Allah agar kita lebih mempersiapkan diri untuk kembali menghadap-Nya.

Bahagiaku Sederhana

Ketika banyak diantara perempuan-perempuan yang berlomba-lomba mengejar cita-citanya berkarier di luar rumah. Lain halnya denganku saat ini.
Bukan karena tidak tertarik, tetapi karier ku di masa depan adalah menjadikan rumah tanggaku seperti sebuah syurga dunia, Insya Allah akhirat.
Tetap memprioritaskan itu, walau tak dipungkiri aktulisasi diri dalam lingkungan harus di perhatikan.
Bahagia itu ketika...
Aku menjadi alasan kesuksesan dan keberhasilan suami
Aku menjadi alasan kecerdasan putra-putriku
Aku menjadi alasan adanya syurga di rumahku
Aku menjadi alasan inovasi di lingkunganku
Aku menjadi alasan perkembangan peradaban dunia.
Bahagia ituu ketika..
Bersama suamiku bersujud di 1/3 malam. Ketika itu aku mengiringi dengan kata Amiin ketika untaian do'a ia sebut.
Menyiapkan perlengkapan sholatnya untuk pergi ke mesjid di setiap saat kumandang subuh datang.
Menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk perjalanan jihadnya.
Tak kubiarkan sedikitpun noda ada dalam setiap pakaianya, kerapihnya adalah hargadiriku.
Tampil cantik di setiap kali di sampingnya.
Menyambut pulangnya dengan pelayanan terbaik dan terindah.
Bahagia itu ketika..
Mendidik diri sendiri jauh sebelum anakku lahir.
Menjadi saksi pertama dalam setiap perkembangan pertumbuhannya.
Sukses menjalankan asu selama 2 tahun.
Menyiapkan makanan sehatnya di olah dengan tanganku sendiri
Lalu..
Tak henti hentinya ia mencium pipiku
Berjalan ke arahku dengan langkah yang terbata-bata
Menyebutku "mama" sebagai kata yang pertama kali yang ia ucap.
Menjadi madrasah pertama dalam jenjang pendidikannya.
Mengenalkannya Agama sejak dini
Memgajarkan baca, tulis dan hitung.
Mengikut sertakanya dalam setiap ajang pemilihan bakat.
Menjadi pedamping wisudanya
Bahagia itu ketika...
Ketika mapan d usia muda
Mempunyai rumah, kendaraan dan menunaikan ibadah haji di usia muda
Mempunya karyawan yang banyak
Lalu..
Aku hanya memantau pekerjaan mereka dengan tetap memprioritaskan keluarga dibanding segalanya.
Tetap mempunyai waktu yang banyak untuk terus membaca buku dan menulis
Mengikuti perkembangan zaman
Mengasah bakat dan kemampuan diri
Tapi apalah ilmu yang dimiliki tanpa membaginya dengan orang lain
Semoga menjadi pribadi yang mencintai ilmu, mempelajari ilmu, mengamalkan ilmu dan memgajarkan ilmu. Amiin

Bahagiaku itu sederhana.
Ketika kita bisa bermanfaat terhadap orang lain

al-Qur'an yang mereka beri

Sejak kecil sampai saat ini saya belum pernah membeli sebuah Al-Qur'an.
Ketika saya berniat untuk membeli selalu saja ada cara untuk saya memperbaharui Al-Qur'an yang saya punya.
Pertama kali saya mempunyai Al-Qur'an ketika saya duduk di madrasah dinniyah. Kala itu al-Ustadzah dineu. memberi saya al-Qur'an kecil berwarna emas. Al qur'an itu saya pakai sampai saya menduduki kelas 2 tsanawiyah.
Di tsanawiyah memiliki al-Qur'an yang berterjemah itu adalah suatu kebutuhan tersendiri. Saya berniat untuk membeli al-Qur'an dengan tarjamah agar memudahkan saya untuk belajar. Tapi Allah berkata lain. Saat itu saya mencoba menabung, sebelum tabunganku cukup untuk membeli al-Qur'an Allah menitipkan al-Qur'an lewat Ua Oleh. Al-Quran coklat dengan terjemahnya.
Al-Qur'an itu saya pakai sampai tahun pertama kuliah saya. Keadaan al-Qur'an itu semakin rusak. Ketika azamku untuk belajar al-Qur'an lebih kuat lagi. Allah begitu mengerti terhadap makhluknya. Saat itu teman saya memberikanku al-Qur'an dengan terjemahnya. Katanya sedih melihat al-Qur'an saya yang sudah lusuh itu. Disertai mp3 yang sudah berisi murotal 30 juz.
Waktu semakin berlalu. Tepat pada semester 5, teman saya Gina suryanti ( yang mungkin saat ini sudah menjadi Hafidzah, Amiin) menberikanku al-Qur'an dengan warna yang aku sukai.
Allah begitu baik, begitu mengerti hambaNya. Tanpa kita minta Allah memberikan sarana dan media untuk lebih dekat dengannya.
Kali ini aku mengerti kuasaNya yang tersembunyi. Allah maha baik, Allah maha mengerti.
Terimakasih untuk para pemberi al-Qur'an dimanapun kalian berada. Saya percaya dengan sangat. Pemberian kalian akan menjadi amal jarriyah. In sya Allah..

Senin, 20 April 2015

Ternyata saya belum siap

Diposting oleh Mega Octaviani di 07.14 0 komentar

Ketika merasakan kesakitan yang tidak biasa, ada kekhawatiran yang membuncah.
Untuk melawannya saya hanya bisa berucap dengan penuh harap,
"Allah, saya blm membahagiakan orang tua, saya belum menuntaskan amanah-amanah saya, saya belum menghasilkan karya yg bermanfaat bagi banyak org, saya belum memperbaiki kesalahan2 saya, amal saya jg masih jauh dari kata cukup.
Jangan ambil nyawa saya sekarang ya Allah...
Ternyata saya belum siap!"

Dan sakit adalah nikmat. Perantara atas kasih sayang Allah agar kita lebih mempersiapkan diri untuk kembali menghadap-Nya.

Kamis, 16 April 2015

Bahagiaku Sederhana

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.28 0 komentar

Ketika banyak diantara perempuan-perempuan yang berlomba-lomba mengejar cita-citanya berkarier di luar rumah. Lain halnya denganku saat ini.
Bukan karena tidak tertarik, tetapi karier ku di masa depan adalah menjadikan rumah tanggaku seperti sebuah syurga dunia, Insya Allah akhirat.
Tetap memprioritaskan itu, walau tak dipungkiri aktulisasi diri dalam lingkungan harus di perhatikan.
Bahagia itu ketika...
Aku menjadi alasan kesuksesan dan keberhasilan suami
Aku menjadi alasan kecerdasan putra-putriku
Aku menjadi alasan adanya syurga di rumahku
Aku menjadi alasan inovasi di lingkunganku
Aku menjadi alasan perkembangan peradaban dunia.
Bahagia ituu ketika..
Bersama suamiku bersujud di 1/3 malam. Ketika itu aku mengiringi dengan kata Amiin ketika untaian do'a ia sebut.
Menyiapkan perlengkapan sholatnya untuk pergi ke mesjid di setiap saat kumandang subuh datang.
Menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk perjalanan jihadnya.
Tak kubiarkan sedikitpun noda ada dalam setiap pakaianya, kerapihnya adalah hargadiriku.
Tampil cantik di setiap kali di sampingnya.
Menyambut pulangnya dengan pelayanan terbaik dan terindah.
Bahagia itu ketika..
Mendidik diri sendiri jauh sebelum anakku lahir.
Menjadi saksi pertama dalam setiap perkembangan pertumbuhannya.
Sukses menjalankan asu selama 2 tahun.
Menyiapkan makanan sehatnya di olah dengan tanganku sendiri
Lalu..
Tak henti hentinya ia mencium pipiku
Berjalan ke arahku dengan langkah yang terbata-bata
Menyebutku "mama" sebagai kata yang pertama kali yang ia ucap.
Menjadi madrasah pertama dalam jenjang pendidikannya.
Mengenalkannya Agama sejak dini
Memgajarkan baca, tulis dan hitung.
Mengikut sertakanya dalam setiap ajang pemilihan bakat.
Menjadi pedamping wisudanya
Bahagia itu ketika...
Ketika mapan d usia muda
Mempunyai rumah, kendaraan dan menunaikan ibadah haji di usia muda
Mempunya karyawan yang banyak
Lalu..
Aku hanya memantau pekerjaan mereka dengan tetap memprioritaskan keluarga dibanding segalanya.
Tetap mempunyai waktu yang banyak untuk terus membaca buku dan menulis
Mengikuti perkembangan zaman
Mengasah bakat dan kemampuan diri
Tapi apalah ilmu yang dimiliki tanpa membaginya dengan orang lain
Semoga menjadi pribadi yang mencintai ilmu, mempelajari ilmu, mengamalkan ilmu dan memgajarkan ilmu. Amiin

Bahagiaku itu sederhana.
Ketika kita bisa bermanfaat terhadap orang lain

Sabtu, 11 April 2015

al-Qur'an yang mereka beri

Diposting oleh Mega Octaviani di 22.44 0 komentar

Sejak kecil sampai saat ini saya belum pernah membeli sebuah Al-Qur'an.
Ketika saya berniat untuk membeli selalu saja ada cara untuk saya memperbaharui Al-Qur'an yang saya punya.
Pertama kali saya mempunyai Al-Qur'an ketika saya duduk di madrasah dinniyah. Kala itu al-Ustadzah dineu. memberi saya al-Qur'an kecil berwarna emas. Al qur'an itu saya pakai sampai saya menduduki kelas 2 tsanawiyah.
Di tsanawiyah memiliki al-Qur'an yang berterjemah itu adalah suatu kebutuhan tersendiri. Saya berniat untuk membeli al-Qur'an dengan tarjamah agar memudahkan saya untuk belajar. Tapi Allah berkata lain. Saat itu saya mencoba menabung, sebelum tabunganku cukup untuk membeli al-Qur'an Allah menitipkan al-Qur'an lewat Ua Oleh. Al-Quran coklat dengan terjemahnya.
Al-Qur'an itu saya pakai sampai tahun pertama kuliah saya. Keadaan al-Qur'an itu semakin rusak. Ketika azamku untuk belajar al-Qur'an lebih kuat lagi. Allah begitu mengerti terhadap makhluknya. Saat itu teman saya memberikanku al-Qur'an dengan terjemahnya. Katanya sedih melihat al-Qur'an saya yang sudah lusuh itu. Disertai mp3 yang sudah berisi murotal 30 juz.
Waktu semakin berlalu. Tepat pada semester 5, teman saya Gina suryanti ( yang mungkin saat ini sudah menjadi Hafidzah, Amiin) menberikanku al-Qur'an dengan warna yang aku sukai.
Allah begitu baik, begitu mengerti hambaNya. Tanpa kita minta Allah memberikan sarana dan media untuk lebih dekat dengannya.
Kali ini aku mengerti kuasaNya yang tersembunyi. Allah maha baik, Allah maha mengerti.
Terimakasih untuk para pemberi al-Qur'an dimanapun kalian berada. Saya percaya dengan sangat. Pemberian kalian akan menjadi amal jarriyah. In sya Allah..