LOMBA MENULIS PUISI "UCAP (Ungkapan Cinta AlaPenyair)


Sungguh, sembilu terasa menyerang jemariku ketika kali pertama bertukarsapa denganmu. Kau tahu kenapa? Karena aku melihat Tuhan dalam dirimu; daricaramu menghargai keberadaanku dan kelembutanmu. Ialah membawa kehidupan.

Aku mencintaimu. Sungguh! benar-benar mencintaimu. Dan jika aku bolehmemohon padamu, jua pada pereka cipta alam semesta, aku ingin kau punmencintaiku. Dan cinta kita tetap hidup: hingga mentari tak lagi diterbitkan,hingga awan pagi tak lagi putih, hingga angin sore tak lagi mendamaikan, hinggarembulan tak lagi bersinar, hingga bintang malam tak lagi berkelap-kelip, danhingga Tuhan menyatukan kita di kehidupan selanjutnya*

(Aku Melihat Tuhan Dalam Dirimu-Avet Batang Parana

Terinspirasidari cuplikan prosa liris di atas, kami—Penerbit Meta Kata bermaksud menyelenggarakanlomba menulis lagi—dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Lomba terbuka untuk umum, mulai tanggal 14 April 2013 s.d 19 Mei 2013 (pukul 23:59 WIB). 
  2. Membagikan info lomba ini ke minimal 25 teman di jejaring sosial facebook, twitter atau posting di blog pribadi (pilih salah satu).
  3. Menjadi pengikut blog Penerbit Meta Kata: http://redaksi-metakata.blogspot.com/ (untuk memudahkan peserta melihat info lebih lanjut mengenai lomba ini). 
  4. Tema lomba: “UCAP (Ungkapan Cinta Ala Penyair)”, dengan sub tema: ungkapan cinta kepada sang Kekasih.
  5. Naskah dalam bentuk Prosa Liris (maksimal 100 kata) atau Puisi (maksimal 21 baris) dengan format file Ms Word 2003/2007, kertas ukuran A4, font TNR 12pt, spasi 1.5, margin rata-rata 3 cm (1,18 inci) untuk setiap sisi. 
  6. Naskah merupakan karya asli penulis dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku. 
  7. Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirim 1 naskah terbaiknya, lengkap dengan biodata narasi, maksimal 30 kata. 
  8. Naskah yang telah memenuhi ketentuan di atas, dikirim ke email: redaksi.metakata@gmail.com (berupa attachmant, bukan di badan email), dengan subyek email: UCAP_JUDUL NASKAH_NAMA PENULIS dan nama file sesuai dengan nama penulis. 
  9. 111 naskah terpilih, akan diumumkan di blog resmi Penerbit Meta Kata pada tanggal 26 Mei 2013 
  10. Hadiah 
  • JUARA I: Paket Buku AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 100.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA II: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 100.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA III: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 50.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA IV: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + E-Sertifikat 
  • JUARA V: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + E-Sertifikat 
  • JUARA VI: E-Sertifikat 
  • JUARA VII: E-Sertifikat 
  • JUARA VIII: E-Sertifikat 
  • JUARA IX: E-Sertifikat 
  • JUARA X: E-Sertifikat 
  • 111 NASKAH TERPILIH: Diterbitkan Secara Indie di Meta Kata 
  • SEMUA KONTRIBUTOR BUKU: Mendapatkan Diskon 20% Untuk Pembelian Buku Terbit 
Demikian pengumuman lomba dari kami. Selamatberkarya dan sukses selalu untuk kawan-kawan semuad

hahahahhahaha


Cukup, cukup, cukup…..
Teriakan hati atas nama Indonesia
Jeritan luka berakhir darah
Tangis terurai, sesal merana
Seperti inikah potret-potret yang harus slalu terlihat?
Hanya kebiadaban-kebiadaban yang senantiasa hadir tak terkendali
Hanya jelmaan syetan datang, tak ingin beranjak pergi
Jika jelmaan syetan itu merajalela,
Kapankah pelindung hati bersayap indah itu disini?
Resahpun membabi buta
Tak tau harus kemana langkah ini terhenti
Mengeluh atas takut yang selalu melanda
Atas potret-potret kehidupan yang begitu menyesakan dada
Ingin sekali terucap kata bertutur asa
Agar inginku tak lagi sekedar opini hati
Tapi kemanakah kaki ini harus berhenti?
Tuk akhiri segala kegelisahan dan ketahukan hati
Tuk kibarkan bendera damai berasa ON
Kita Bangkit..

SBY Galau: Antara Parpol dan Pemerintahan


Pilihan selalu diikuti resiko, terlepas resiko itu bersifat ringan atau berat. Setelah beberapa waktu lalu Partai Demokrat dirundung kisruh anas urbaningrum, langkah-langkah penyelamatan partai kini jelas terlihat pada hasil keputusan pada Kongres Luar Biasa yang digelar di Sanur, Bali (30-31/03). Dengan terpilihnya SBY secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Secara internal partai, keputusan ini merupakan keputusan yang tepat. Sosok SBY diharapkan menjadi perekat fraksi-fraksi yang bertikai serta membangun kembali eksistensi partai pasca anjloknya eksibilitas partai akibat ulah kade-kader yang bermasalah.
Tetapi jika dilihat dari kacamata eksternal partai, putusan SBY sebagai ketua umum partai demokrat memang cukup beresiko. Dengan tiga rangkap jabatan yang disandingnya di kubu partai sebagai ketua umum, ketua dewan Pembina dan ketua dewan kehormatan SBY dituntut untuk mengoptimalkan ketiga fungsi tersebut.
Harusnya SBY sadar diri dengan jabatan yang saat ini disandingnya sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Meskipun ia berjanji akan tetap berkonsentrasi menjalankan roda pemerintahan, tetap saja fokus SBY untuk menjalankan roda pemerintahan akan sedikit buyar karena adanya rangkap jabatan dikubu partai yang harus dioptimalkannya pula. Subjektivitas ini mulai terlihat pada awal kisruh demokrat, dengan alih-alih penyelamatan partai, SBY secara terbuka menunjukan fokusnya untuk menyelamatkan partai. Secara tidak langsung roda pemerintahanpun terbengkalai.
Sebelumnya SBY mewanti-wanti kepada menteri-menterinya yang menjabat sebagai ketua umum partai untuk tidak terlalu over menjalankan partai politiknya dengan mengeyampingkan mandat sebagai pelaku pelaksana pemerintahan. Sungguh ironis jika apa yang diwanti-wanti kini berbalik arah. SBY harus mempertanggung jawabkan apa yang dikatakannya.

Mental Tempe

Waktu menunjukan pukul 19.00. Hujan lebat mengguyur kawasan Soekarno Hatta (26/03). Bahu jalan dipehuni para pengendara kendaraan yang berdiam diri, berteduh dalam derasnya hujan. Sejenak menghentikan perjalanan pulangku yang terhenti akan adanya hujan deras yang sama sekali tak bersahabat. Aahh ingin rasa menyegerakan perjalanan kepulanganku ini. Menyudahi aktivitas hari ini yang begitu padat, dan bertemu dengan boneka-bonekaku yang senantiasa menemaniku ketika terlelap letih tiada gairah.
Kaalluuarr.....!!! Seorang pemuda memanggil supir angkot, membukanya pintu angkotnya, tak segan-segan pemuda itu membaku hantam supir yang tak berdaya itu. Teriakan itu terdengar dengan lantangnya, seakan ingin menyaingin suara hujan yang tak kalah kencangnya. Mata para penumpang angkot dan pengguna kendaraanpun tertuju pada kedua orang tersebut yang saling membaku hantam. beberapa orang mencoba menengahi keduanya. Entah apa yang jadi penyebab adu gulat itu. Suasana yang jauh dari kenyamanan, segera saja aku menghidupkan motorku, yah dengan segera pulang ke kosan pikirku. Lagi-lagi terhenti banjir daerah Gedebage, walau sudah biasa tapi untuk kali sungguh terasa berat. jika boleh aku tawa, nanti saja terkepung banjirnya saat ini aku sedang capek, tapi sayangnya tawaran itu tiada bisa terjadi, mau tak mau harus menyembranginya walau dengan hati sesal tiada berbentuk.Kiranya tak sampai disini juga, perasaan lega tak bisa dirasakan begitu saja. kemacetan lumayan parah, disertai banyaknya mobil polisi, dan kerumunan warga di daerah bunderan cibiru, tak jauh pula dari kosantku membuatku bertanya-tanya ada apa ini?. Seperti adegan-adegan film saja, memburu penjahat dan memborgol keduatanganya. Rasa penasaran tak terbendung lagi, ku tanyakan saja ada apa ini pak?kepada salahsatu bapak yang sedang melihat kejadian ini. "biasa neng, barudak garelut". Jawabnya. AAhhh tak ada keingin tahuan untuk selajutnya. Tragis, ucapku lirih. Rapuh jiwa Indonesia saat ini. Otak kini berganti otot, otot mengalihkan fungsinya menjadi otak. jadi tak aneh juga kekerasan merajalela. Lebih tepatnya Indonesia "bermental tempe"

terima kasih ;)

Selalu ada yang menyesakan dada
saat perubahan itu akan dimulai
tak apalah.., ini hanya sebatas kerikil-kerikil kecil yang senantiasa menghentikan langkah ini
hanya bisa tertawa, alangkah baiknya dirimu. menyia-nyiakan waktu untuk selalu menjatuhkanku
tenang saja... aku disini menilaimu dan aku bangga akan usahamu
tenang saja kawan langkah ini tak aka mudahnya untuk berhenti.
aku sarankan untuk berhentilah menghentikan langkahku ini..
prinsip ini akan selalu terjaga, Insya Allah ;)

yang tersisih

Kabut-kabut gelap, seperti hati berbalut cemas tak karuan
Aku terdiam dalam sebuah angan, tragis memang..
jalan mu indah namun tak pernah sedikitpun ingin berbagi
diri ini hanya sekedar rumput hijau di padang ilalang
sungguh tiada arti
kiranya kau membagi sedikit rasa yang selalu kurindu
rindu yang tyada pernah tercapai
andai saja kau memahami, mengerti dan merasakan
bukan jalan ini yang selalu di damba
hanya sekedar memahami
dan tetap senantiasa ada pada syukurnya
rasaku yang tak pernah mati
walau ocehanmu lenhyapkan asa....
oh tuhan beginilah menjadi bagian yang tersisih

opini hati :)


Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik
           

opini hati :)


Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik
           

opini hati :)


Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik
           

Senin, 22 April 2013

LOMBA MENULIS PUISI "UCAP (Ungkapan Cinta AlaPenyair)

Diposting oleh Mega Octaviani di 05.23 0 komentar

Sungguh, sembilu terasa menyerang jemariku ketika kali pertama bertukarsapa denganmu. Kau tahu kenapa? Karena aku melihat Tuhan dalam dirimu; daricaramu menghargai keberadaanku dan kelembutanmu. Ialah membawa kehidupan.

Aku mencintaimu. Sungguh! benar-benar mencintaimu. Dan jika aku bolehmemohon padamu, jua pada pereka cipta alam semesta, aku ingin kau punmencintaiku. Dan cinta kita tetap hidup: hingga mentari tak lagi diterbitkan,hingga awan pagi tak lagi putih, hingga angin sore tak lagi mendamaikan, hinggarembulan tak lagi bersinar, hingga bintang malam tak lagi berkelap-kelip, danhingga Tuhan menyatukan kita di kehidupan selanjutnya*

(Aku Melihat Tuhan Dalam Dirimu-Avet Batang Parana

Terinspirasidari cuplikan prosa liris di atas, kami—Penerbit Meta Kata bermaksud menyelenggarakanlomba menulis lagi—dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Lomba terbuka untuk umum, mulai tanggal 14 April 2013 s.d 19 Mei 2013 (pukul 23:59 WIB). 
  2. Membagikan info lomba ini ke minimal 25 teman di jejaring sosial facebook, twitter atau posting di blog pribadi (pilih salah satu).
  3. Menjadi pengikut blog Penerbit Meta Kata: http://redaksi-metakata.blogspot.com/ (untuk memudahkan peserta melihat info lebih lanjut mengenai lomba ini). 
  4. Tema lomba: “UCAP (Ungkapan Cinta Ala Penyair)”, dengan sub tema: ungkapan cinta kepada sang Kekasih.
  5. Naskah dalam bentuk Prosa Liris (maksimal 100 kata) atau Puisi (maksimal 21 baris) dengan format file Ms Word 2003/2007, kertas ukuran A4, font TNR 12pt, spasi 1.5, margin rata-rata 3 cm (1,18 inci) untuk setiap sisi. 
  6. Naskah merupakan karya asli penulis dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk buku. 
  7. Setiap peserta hanya diperbolehkan mengirim 1 naskah terbaiknya, lengkap dengan biodata narasi, maksimal 30 kata. 
  8. Naskah yang telah memenuhi ketentuan di atas, dikirim ke email: redaksi.metakata@gmail.com (berupa attachmant, bukan di badan email), dengan subyek email: UCAP_JUDUL NASKAH_NAMA PENULIS dan nama file sesuai dengan nama penulis. 
  9. 111 naskah terpilih, akan diumumkan di blog resmi Penerbit Meta Kata pada tanggal 26 Mei 2013 
  10. Hadiah 
  • JUARA I: Paket Buku AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 100.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA II: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 100.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA III: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + Voucher Penerbitan Senilai Rp 50.000 + E-Sertifikat 
  • JUARA IV: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + E-Sertifikat 
  • JUARA V: Paket E-Book AKU, KAMU, DAN KITA; Tersandung Cinta Tanpa Jeda (Karya Avet Batang Parana Dan Risty Arvel) + E-Sertifikat 
  • JUARA VI: E-Sertifikat 
  • JUARA VII: E-Sertifikat 
  • JUARA VIII: E-Sertifikat 
  • JUARA IX: E-Sertifikat 
  • JUARA X: E-Sertifikat 
  • 111 NASKAH TERPILIH: Diterbitkan Secara Indie di Meta Kata 
  • SEMUA KONTRIBUTOR BUKU: Mendapatkan Diskon 20% Untuk Pembelian Buku Terbit 
Demikian pengumuman lomba dari kami. Selamatberkarya dan sukses selalu untuk kawan-kawan semuad

Senin, 08 April 2013

hahahahhahaha

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.57 0 komentar

Cukup, cukup, cukup…..
Teriakan hati atas nama Indonesia
Jeritan luka berakhir darah
Tangis terurai, sesal merana
Seperti inikah potret-potret yang harus slalu terlihat?
Hanya kebiadaban-kebiadaban yang senantiasa hadir tak terkendali
Hanya jelmaan syetan datang, tak ingin beranjak pergi
Jika jelmaan syetan itu merajalela,
Kapankah pelindung hati bersayap indah itu disini?
Resahpun membabi buta
Tak tau harus kemana langkah ini terhenti
Mengeluh atas takut yang selalu melanda
Atas potret-potret kehidupan yang begitu menyesakan dada
Ingin sekali terucap kata bertutur asa
Agar inginku tak lagi sekedar opini hati
Tapi kemanakah kaki ini harus berhenti?
Tuk akhiri segala kegelisahan dan ketahukan hati
Tuk kibarkan bendera damai berasa ON
Kita Bangkit..

Selasa, 02 April 2013

SBY Galau: Antara Parpol dan Pemerintahan

Diposting oleh Mega Octaviani di 07.19 0 komentar

Pilihan selalu diikuti resiko, terlepas resiko itu bersifat ringan atau berat. Setelah beberapa waktu lalu Partai Demokrat dirundung kisruh anas urbaningrum, langkah-langkah penyelamatan partai kini jelas terlihat pada hasil keputusan pada Kongres Luar Biasa yang digelar di Sanur, Bali (30-31/03). Dengan terpilihnya SBY secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Secara internal partai, keputusan ini merupakan keputusan yang tepat. Sosok SBY diharapkan menjadi perekat fraksi-fraksi yang bertikai serta membangun kembali eksistensi partai pasca anjloknya eksibilitas partai akibat ulah kade-kader yang bermasalah.
Tetapi jika dilihat dari kacamata eksternal partai, putusan SBY sebagai ketua umum partai demokrat memang cukup beresiko. Dengan tiga rangkap jabatan yang disandingnya di kubu partai sebagai ketua umum, ketua dewan Pembina dan ketua dewan kehormatan SBY dituntut untuk mengoptimalkan ketiga fungsi tersebut.
Harusnya SBY sadar diri dengan jabatan yang saat ini disandingnya sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Meskipun ia berjanji akan tetap berkonsentrasi menjalankan roda pemerintahan, tetap saja fokus SBY untuk menjalankan roda pemerintahan akan sedikit buyar karena adanya rangkap jabatan dikubu partai yang harus dioptimalkannya pula. Subjektivitas ini mulai terlihat pada awal kisruh demokrat, dengan alih-alih penyelamatan partai, SBY secara terbuka menunjukan fokusnya untuk menyelamatkan partai. Secara tidak langsung roda pemerintahanpun terbengkalai.
Sebelumnya SBY mewanti-wanti kepada menteri-menterinya yang menjabat sebagai ketua umum partai untuk tidak terlalu over menjalankan partai politiknya dengan mengeyampingkan mandat sebagai pelaku pelaksana pemerintahan. Sungguh ironis jika apa yang diwanti-wanti kini berbalik arah. SBY harus mempertanggung jawabkan apa yang dikatakannya.

Rabu, 27 Maret 2013

Mental Tempe

Diposting oleh Mega Octaviani di 18.23 0 komentar
Waktu menunjukan pukul 19.00. Hujan lebat mengguyur kawasan Soekarno Hatta (26/03). Bahu jalan dipehuni para pengendara kendaraan yang berdiam diri, berteduh dalam derasnya hujan. Sejenak menghentikan perjalanan pulangku yang terhenti akan adanya hujan deras yang sama sekali tak bersahabat. Aahh ingin rasa menyegerakan perjalanan kepulanganku ini. Menyudahi aktivitas hari ini yang begitu padat, dan bertemu dengan boneka-bonekaku yang senantiasa menemaniku ketika terlelap letih tiada gairah.
Kaalluuarr.....!!! Seorang pemuda memanggil supir angkot, membukanya pintu angkotnya, tak segan-segan pemuda itu membaku hantam supir yang tak berdaya itu. Teriakan itu terdengar dengan lantangnya, seakan ingin menyaingin suara hujan yang tak kalah kencangnya. Mata para penumpang angkot dan pengguna kendaraanpun tertuju pada kedua orang tersebut yang saling membaku hantam. beberapa orang mencoba menengahi keduanya. Entah apa yang jadi penyebab adu gulat itu. Suasana yang jauh dari kenyamanan, segera saja aku menghidupkan motorku, yah dengan segera pulang ke kosan pikirku. Lagi-lagi terhenti banjir daerah Gedebage, walau sudah biasa tapi untuk kali sungguh terasa berat. jika boleh aku tawa, nanti saja terkepung banjirnya saat ini aku sedang capek, tapi sayangnya tawaran itu tiada bisa terjadi, mau tak mau harus menyembranginya walau dengan hati sesal tiada berbentuk.Kiranya tak sampai disini juga, perasaan lega tak bisa dirasakan begitu saja. kemacetan lumayan parah, disertai banyaknya mobil polisi, dan kerumunan warga di daerah bunderan cibiru, tak jauh pula dari kosantku membuatku bertanya-tanya ada apa ini?. Seperti adegan-adegan film saja, memburu penjahat dan memborgol keduatanganya. Rasa penasaran tak terbendung lagi, ku tanyakan saja ada apa ini pak?kepada salahsatu bapak yang sedang melihat kejadian ini. "biasa neng, barudak garelut". Jawabnya. AAhhh tak ada keingin tahuan untuk selajutnya. Tragis, ucapku lirih. Rapuh jiwa Indonesia saat ini. Otak kini berganti otot, otot mengalihkan fungsinya menjadi otak. jadi tak aneh juga kekerasan merajalela. Lebih tepatnya Indonesia "bermental tempe"

Kamis, 21 Maret 2013

terima kasih ;)

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.13 0 komentar
Selalu ada yang menyesakan dada
saat perubahan itu akan dimulai
tak apalah.., ini hanya sebatas kerikil-kerikil kecil yang senantiasa menghentikan langkah ini
hanya bisa tertawa, alangkah baiknya dirimu. menyia-nyiakan waktu untuk selalu menjatuhkanku
tenang saja... aku disini menilaimu dan aku bangga akan usahamu
tenang saja kawan langkah ini tak aka mudahnya untuk berhenti.
aku sarankan untuk berhentilah menghentikan langkahku ini..
prinsip ini akan selalu terjaga, Insya Allah ;)

yang tersisih

Diposting oleh Mega Octaviani di 05.58 0 komentar
Kabut-kabut gelap, seperti hati berbalut cemas tak karuan
Aku terdiam dalam sebuah angan, tragis memang..
jalan mu indah namun tak pernah sedikitpun ingin berbagi
diri ini hanya sekedar rumput hijau di padang ilalang
sungguh tiada arti
kiranya kau membagi sedikit rasa yang selalu kurindu
rindu yang tyada pernah tercapai
andai saja kau memahami, mengerti dan merasakan
bukan jalan ini yang selalu di damba
hanya sekedar memahami
dan tetap senantiasa ada pada syukurnya
rasaku yang tak pernah mati
walau ocehanmu lenhyapkan asa....
oh tuhan beginilah menjadi bagian yang tersisih

Kamis, 14 Februari 2013

opini hati :)

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.54 0 komentar

Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik
           

opini hati :)

Diposting oleh Mega Octaviani di 05.46 0 komentar

Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik
           

opini hati :)

Diposting oleh Mega Octaviani di 05.32 0 komentar

Dia itu putri dari seorang kiayi terpandang, lelaki beruntung yang bisa mendapatkannya  untaian kata-kata itu sering kali terdengar, ungkapan “Buah tak jauh dari pohonya” sudah menjadi paradigma yang melekat pada masyarakat saat ini. Wajar memang, sungguh manusiawi jika keturunan, kecantikan ataupun harta dan yang pastinya keshalihahan menjadi pandangan objektif  bagi sebagian orang untuk menentukan pilihan. Tak dipungkiri dengan keturunan yang terhormat mengantarkan kita kepada derajat kemulian, dengan kecantikan memperbaiki keturunan kita selanjutnya, Harta bisa memberikan sumbangsih kebahagiaan dalam perjuangan hidup. Kalaulah saya menjadi orang tua dari seorang putra saya pun akan mempertimbangkan ketiga hal tersebut sebagai rujukan tambahan setelah aspek keshalihahannya.
            Tetapi selalu ada pengecualiaan dari setiap fenomenanya. Tak semuanya ibu tiri itu jahat, tak semuanya yang nakal itu bodoh dan tak semuanya yang kaya itu bahagia. Begitupun dengan hal ini tak selamanya keturunan, kecantikan ataupun harta bisa menjamin kebagiaan yang abadi. Dan sungguh bijaksana Rasulullah menjadikan keshalihahan sebagai prioritas utama dalam menenukan pilihan. Memilih karena keturunannya saja dengan sekejap Allah bisa menghancurkan kehormatan keturunannya, dengan kecantikan seiring berjalannya waktu memudar juga kecantikan yang dulu dibanggakannya dan dengan harta tak sulit bagi Allah untuk memusnahkannya dengan sekejap harta yang selama ini di dambakannya. Tapi jika memilih karena keshalihahannya? Allah menjamin kebahagiaan di dunia dan akhiratnya. Subhanallah …
            Saya sangat terharu ketika teman saya mencerikan kisah Sahabat Rasulullah SAW. Ummar bin Khotob. Suatu ketika Umar bin Khotob menjadi seorang khalifah ia berkeliling untuk memastikan keadaan rakyatnya. Dan pada saat itu umar mendengar percakapan antara ibu penjual susu dan anaknya, sang ibu yang berencana untuk mencurangi susu dagangannya tetapi dengan kata-kata indahnya sang anak mengingatkan sang ibu untuk jujur dan tidak berbuat yang demikian. Dan pada saat itu pula Umar terharu kepada anak yang berusaha jujur dan mengingatkan ibunya itu dan menikahkan anak kandungnya. Umar takjub akan keshalihahan sang anak penjual susu, tak melihat siapa orangtuanya walau sang ibu berniat jahat, Dan walaupun pada saat itu umar menjabat seorang khalifah, jabatan yang maha agung. Sungguh inspiratif bukan? Dan itulah Islam bersikap.
            Bersikap bijak, objektif dan demokratis adalah sebuah keharusan dalam menentukan pilihan, apapun itu. Tak ada yang tahu bagaimana skenario selanjutnya dari sang sutradara hidup. Yang saya tahu Allah Maha Adil, Ada rencana lain dari setiap ketetapannya. Sesuai janji yang tak pernah di ingkarinya “Lelaki yang Baik diperuntukan untuk wanita yang baik, wanita yang baik diperuntukan untuk lelaki yang baik