Analisis Film



                                                                                                                                                          
            Di dalam trailer Anak Kaki Gunung ini terdapat beberapa cuplikan adegan dalam film Anak Kaki Gunung yang saya rasa dapat memberikan suatu dampak positif bagi para penonton di tengah-tengah kurangnya tayangan anak yang berkualitas dan mendidik. Seperti yang di uraikan dalam synopsis di atas Anak Kak Gunung adalah cerita tentang keluarga yang saling menyayangi, Kisah persahabatan yang indah, dan Pembelajaran budi pekerti yang tanpa menggurui dan di kemas dengan dengan penuh kelucuan, keharuan dan kegembiraan.
            Satu alasan saya memilih film ini, karena film Anak Kaki Gunung terpilih menjadi Sinetron Terpuji dalam FFB. Di dalam trailer tersebut saya mengambil 5 cupilikan yang menurut saya mempunyai nilai kebaikan dan tuntunan dengan tontonan yang di kemas semenarik mungkin
·         Scene pertama (Amelia, Pukat dan Burhan yang sedang berkumpul membicarakan hadiah sepeda dari emak)
Cuplikan ini sangat menarik apalagi ketika Amelia tidak mengerti tentang apa yang dibicarakan saudara-saudaranya. Layaknya anak-anak biasa ketika mereka mengerjakan suatu kebaikan mereka menginkan sebuah hadiah, dan hadiah itu merupakan motivasi bagi mereka untuk berbuat suatu kebaikan. “Tapi kalo udda males mengaji tidak akan dibelikan sepeda” Ini merupakan suatu nilai yang positif jika di artikan Kita tidak akan mendapatkan sesuatu tanpa adanya suatu usaha. Inilah benang merah yang kita ambil dari cupikan ini bahwasanya Hidup adalah perjuangan
·         Scene Kedua ( Cerita tentang sebuah keluarga yang saling menyayangi )
Ini adalah cuplikan yang paling saya sukai ketika keluarga ini berpelukan dan saling memotivasi, Kedekatan keluarga ini cukup menarik perhatian saya dan tentunya menyentuh hati. Apabila kita perhatikan ucapan yang di ucapkan oleh Pak Syahdan “Apapun yang akan terjadi, kita akan menghadapinya selama yang membencinya bukan Allah” suatu untaian kata yang begitu mnyentuh hati. Jika kita merenung untuk memikirkan satu kalimat tersebut sepertinya kita diberi suntikan cahaya ketenangan. Keluarga merupakan pilar pertama dalam membentuk karakter seseorang tentunya Saling memotivasi antara kelarga salah satu upaya terwujudnya individu yang berkualitas dan tentunya merupakan tanggung jawab bersama.
·         Scene Ketiga ( Tetang Budi Pekerti yang tidak menggurui )
Berbeda dengan kedua scene yang sebelumnya, di scene ketiga ini sekolaah merupakan suatu media dalam penyampaian pesannya. Jika kita perhatikan dengan teliti, para siswa begitu antusiasnya mengikuti proses pembelajaran di mulai dengan semangatnya memasuki kelas, menanyakan apa yang belum bisa mereka pahami. Hal ini akan menjadi wajar jika proses pembelajaran di fasilitasi dengan sarana-sarana yang memadai, tetapi tidak untuk SD Ngarai Sianok kondisi bangunannya saja sudak tidak layak untuk di tempati apalagi jika harus dijadikan suatu tempat pembelajaran. Hanya saja satu hal yang harus kita acungi jempol adalah semangat yang membara dari para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dan tentunya ini merupakan suatu hal yang jarang kita temui di masyarakat perkotaan. Pak Taufik adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa, beliau adalah satu-satunya guru honorer yang bertahan selama 15 tahun, luar biasa sekali. Pengabdian yang begitu luhur untuk bangsa dan tanah air. “Dulu orang desa itu makan kalo lapar, tapi sekarang kalian makan walau tidak lapar” Begitulah kuramg lebihnya Pak Taufik membeberkan suatu nasehat dalam pengamatan realita kehidupan. Sejenak bisa kita pikirkan tentang kehidupan dulu yang sederhana berbeda dengan realita sekarang. Jika di analogikan “orang dulu makan untuk hidup, dan sekarang hidup untuk makan. Dalam perkataan yang selanjutnya pun Pak Taufik menjelaskan mengenai penyebab terjadinya korupsi, ketidak puasan akan nikmat yang telah di berikan Allah. Lewat film inilah Pak Deddi Mizwar mengajarkan anak-anak bahwa budaya korupsi itu bersumber dari ketidak puasan dan tidak boleh dibudayaka.
·         Scene Keempat
Pada scene ini tampak terlihat beberapa orang tua yang sedang berbincang-bincang di sertai gelak tawa. Pada perbincangan itu bisa kita dengar salah satu pemain yang di perankan oleh Pak Dedi Mizwar mengatakan “bahwa hujan emas di negeri orang lebih enak di negeri sendiri” memang betul dengan perkataan tersebut. Dan pada dialog ini bisa kita ambil hikmahnya bahwa kita harus mencintai negeri kita ini.

·         Scene Kelima
Pada scene ini terlihat Mak Nur beserta anak-anaknya yag membantunya membawakan kayu bakar. Pada cuplikan film ini di gambarkan tentang kedekatan seorang keluarga. Terlihat dari anak-anak Makk Nur yang senantiasa membantu ibunya. Dalam dialognya pun cukup menarik menjelaskan bahwa Mak Nur tidak ingin membicaran aib seseorang. Sebuah pelajaran yang sangat berharga meningat budaya lisan masyarakat kita lebih cenderung banyak membicarakan aib seseorang.
Pada cuplikan selanjutnya pun terlihat mengenai kisah persahabatan anak-anak kaki gunung, meniti setiap lajunya kehidupan, anak-anak yang begitu menjungjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Ini merupakan tontonan yang baik bagi ana-anak sekarang mengingat kurangnya tontonan anak yang berkualitas. Dan tak heran jika pada saat ini kebanyakan dari remaja yang dewasa sebelum waktunya ini merupakan salah satu dampak negative dari lingkungan. Oleh karena itu sinetron Anak Kaki Gunung ada untuk meminimalisir dampak negative dari media. Lewat tontonan yang mendidik Anak Kaki Gunung menjadi sebuah alat untuk menjadikan anak-anak yang berkualitas dan berbudi luhur baik di dalam keluarga mupan tingkat masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar

Kamis, 24 Januari 2013

Analisis Film

Diposting oleh Mega Octaviani di 07.03


                                                                                                                                                          
            Di dalam trailer Anak Kaki Gunung ini terdapat beberapa cuplikan adegan dalam film Anak Kaki Gunung yang saya rasa dapat memberikan suatu dampak positif bagi para penonton di tengah-tengah kurangnya tayangan anak yang berkualitas dan mendidik. Seperti yang di uraikan dalam synopsis di atas Anak Kak Gunung adalah cerita tentang keluarga yang saling menyayangi, Kisah persahabatan yang indah, dan Pembelajaran budi pekerti yang tanpa menggurui dan di kemas dengan dengan penuh kelucuan, keharuan dan kegembiraan.
            Satu alasan saya memilih film ini, karena film Anak Kaki Gunung terpilih menjadi Sinetron Terpuji dalam FFB. Di dalam trailer tersebut saya mengambil 5 cupilikan yang menurut saya mempunyai nilai kebaikan dan tuntunan dengan tontonan yang di kemas semenarik mungkin
·         Scene pertama (Amelia, Pukat dan Burhan yang sedang berkumpul membicarakan hadiah sepeda dari emak)
Cuplikan ini sangat menarik apalagi ketika Amelia tidak mengerti tentang apa yang dibicarakan saudara-saudaranya. Layaknya anak-anak biasa ketika mereka mengerjakan suatu kebaikan mereka menginkan sebuah hadiah, dan hadiah itu merupakan motivasi bagi mereka untuk berbuat suatu kebaikan. “Tapi kalo udda males mengaji tidak akan dibelikan sepeda” Ini merupakan suatu nilai yang positif jika di artikan Kita tidak akan mendapatkan sesuatu tanpa adanya suatu usaha. Inilah benang merah yang kita ambil dari cupikan ini bahwasanya Hidup adalah perjuangan
·         Scene Kedua ( Cerita tentang sebuah keluarga yang saling menyayangi )
Ini adalah cuplikan yang paling saya sukai ketika keluarga ini berpelukan dan saling memotivasi, Kedekatan keluarga ini cukup menarik perhatian saya dan tentunya menyentuh hati. Apabila kita perhatikan ucapan yang di ucapkan oleh Pak Syahdan “Apapun yang akan terjadi, kita akan menghadapinya selama yang membencinya bukan Allah” suatu untaian kata yang begitu mnyentuh hati. Jika kita merenung untuk memikirkan satu kalimat tersebut sepertinya kita diberi suntikan cahaya ketenangan. Keluarga merupakan pilar pertama dalam membentuk karakter seseorang tentunya Saling memotivasi antara kelarga salah satu upaya terwujudnya individu yang berkualitas dan tentunya merupakan tanggung jawab bersama.
·         Scene Ketiga ( Tetang Budi Pekerti yang tidak menggurui )
Berbeda dengan kedua scene yang sebelumnya, di scene ketiga ini sekolaah merupakan suatu media dalam penyampaian pesannya. Jika kita perhatikan dengan teliti, para siswa begitu antusiasnya mengikuti proses pembelajaran di mulai dengan semangatnya memasuki kelas, menanyakan apa yang belum bisa mereka pahami. Hal ini akan menjadi wajar jika proses pembelajaran di fasilitasi dengan sarana-sarana yang memadai, tetapi tidak untuk SD Ngarai Sianok kondisi bangunannya saja sudak tidak layak untuk di tempati apalagi jika harus dijadikan suatu tempat pembelajaran. Hanya saja satu hal yang harus kita acungi jempol adalah semangat yang membara dari para siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dan tentunya ini merupakan suatu hal yang jarang kita temui di masyarakat perkotaan. Pak Taufik adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa, beliau adalah satu-satunya guru honorer yang bertahan selama 15 tahun, luar biasa sekali. Pengabdian yang begitu luhur untuk bangsa dan tanah air. “Dulu orang desa itu makan kalo lapar, tapi sekarang kalian makan walau tidak lapar” Begitulah kuramg lebihnya Pak Taufik membeberkan suatu nasehat dalam pengamatan realita kehidupan. Sejenak bisa kita pikirkan tentang kehidupan dulu yang sederhana berbeda dengan realita sekarang. Jika di analogikan “orang dulu makan untuk hidup, dan sekarang hidup untuk makan. Dalam perkataan yang selanjutnya pun Pak Taufik menjelaskan mengenai penyebab terjadinya korupsi, ketidak puasan akan nikmat yang telah di berikan Allah. Lewat film inilah Pak Deddi Mizwar mengajarkan anak-anak bahwa budaya korupsi itu bersumber dari ketidak puasan dan tidak boleh dibudayaka.
·         Scene Keempat
Pada scene ini tampak terlihat beberapa orang tua yang sedang berbincang-bincang di sertai gelak tawa. Pada perbincangan itu bisa kita dengar salah satu pemain yang di perankan oleh Pak Dedi Mizwar mengatakan “bahwa hujan emas di negeri orang lebih enak di negeri sendiri” memang betul dengan perkataan tersebut. Dan pada dialog ini bisa kita ambil hikmahnya bahwa kita harus mencintai negeri kita ini.

·         Scene Kelima
Pada scene ini terlihat Mak Nur beserta anak-anaknya yag membantunya membawakan kayu bakar. Pada cuplikan film ini di gambarkan tentang kedekatan seorang keluarga. Terlihat dari anak-anak Makk Nur yang senantiasa membantu ibunya. Dalam dialognya pun cukup menarik menjelaskan bahwa Mak Nur tidak ingin membicaran aib seseorang. Sebuah pelajaran yang sangat berharga meningat budaya lisan masyarakat kita lebih cenderung banyak membicarakan aib seseorang.
Pada cuplikan selanjutnya pun terlihat mengenai kisah persahabatan anak-anak kaki gunung, meniti setiap lajunya kehidupan, anak-anak yang begitu menjungjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Ini merupakan tontonan yang baik bagi ana-anak sekarang mengingat kurangnya tontonan anak yang berkualitas. Dan tak heran jika pada saat ini kebanyakan dari remaja yang dewasa sebelum waktunya ini merupakan salah satu dampak negative dari lingkungan. Oleh karena itu sinetron Anak Kaki Gunung ada untuk meminimalisir dampak negative dari media. Lewat tontonan yang mendidik Anak Kaki Gunung menjadi sebuah alat untuk menjadikan anak-anak yang berkualitas dan berbudi luhur baik di dalam keluarga mupan tingkat masyarakat.

0 komentar on "Analisis Film"

Posting Komentar