catatan usang


Bingung dengan monopoli hudup yang semakin menyesakan dada
Aku butuh penenang hati.
Gundah dalam hati semakin membuatku terpuruk
Ingin rasanya bangkit tetapi mengapa begitu sulit.. sulit …
Seperti tak ada arti
Terpenjara dalam belenggu keadaan yang memaksa hati
Meelanjutkan asa, berharap cita sesuai dengan apa yang ku mau
Mencoba bertahan di tengah ombak yang mendorongku berbalik arah
Sungguh begitu derasnya hamburan ombak itu sedikit saja aku lengah tak segan sang ombak bersiap untuk menerjang . Ku coba untuk bertahan, ingin rasanya aku berteriak tegas bahwa aku lelah di sini, lelah dengan keadaan yang membuatku semakin terpuruk. Aku tau ini jalanku, aku tau ini adalah sebuah pilihan hidup. Usaikan sampai disini atau bertahan dengan sejuta kekuatan yang ada?
Aku terdiam sejenak, di tengah terjangan ombak-ombak yang semakin menopang raga.
Pikiranku menerawang jauh,,  tertuju kepada 2insan yang selalu membuatku tersenyum..
Yah … orangtuaku.
Aku teringat dengan sejuta pengorbanannya, terbayang betapa banyak keringat yang bercucuran hanya demi satu senyuman lebar di bibirku, betapa banyak do’a yang tercurah hanya demi keselamatan dan kebahagiaan jiwa ragaku, hanya untuku. Hanya untuku seorang..
Lalu bagaimana jika cucuran keringat itu, curahan do’a-do’a mulia itu hanya terbalas kepedihan atas kekalahan sang anak dan berakhir kekecewaan???
Tak terbayang ...
Wajah yang penuh dengan segala pengharapan, berharap sang anak pulang dengan membawa sebuah piala kemenangan. Atas hidup yang iia pilih, tiba-tiba harus berakhir dengan sebuah kekewaan yang mendalam. Piala kemenangan tak lagi dapat terbawa pulang. Hanya untaian kata di akhir penantian “bu, saya gagal” tak terbayang …
Penantian yang berakhir kekecewaan ..
Tapi bagaimana jika piala kemenangan hidup itu dapat ku raih dan ku persembahkan khusus untuk mereka..
Tak terbayang pula keterharuannya ,,,
Hingga terucap kata “itulah anakku, itulah kebanggaanku”
Aku semakin yakin atas jalan yang ku pilih
Terjangan ombak kan ku hadang, hembusan angin kan ku lawan, jauhnya jarak kan ku tempuh, dalamnya laut kanku lalui demi satu yang ku tuju. Piala kemenangan hidup. Piala harapan orangtua


0 komentar:

Posting Komentar

Kamis, 24 Januari 2013

catatan usang

Diposting oleh Mega Octaviani di 06.58

Bingung dengan monopoli hudup yang semakin menyesakan dada
Aku butuh penenang hati.
Gundah dalam hati semakin membuatku terpuruk
Ingin rasanya bangkit tetapi mengapa begitu sulit.. sulit …
Seperti tak ada arti
Terpenjara dalam belenggu keadaan yang memaksa hati
Meelanjutkan asa, berharap cita sesuai dengan apa yang ku mau
Mencoba bertahan di tengah ombak yang mendorongku berbalik arah
Sungguh begitu derasnya hamburan ombak itu sedikit saja aku lengah tak segan sang ombak bersiap untuk menerjang . Ku coba untuk bertahan, ingin rasanya aku berteriak tegas bahwa aku lelah di sini, lelah dengan keadaan yang membuatku semakin terpuruk. Aku tau ini jalanku, aku tau ini adalah sebuah pilihan hidup. Usaikan sampai disini atau bertahan dengan sejuta kekuatan yang ada?
Aku terdiam sejenak, di tengah terjangan ombak-ombak yang semakin menopang raga.
Pikiranku menerawang jauh,,  tertuju kepada 2insan yang selalu membuatku tersenyum..
Yah … orangtuaku.
Aku teringat dengan sejuta pengorbanannya, terbayang betapa banyak keringat yang bercucuran hanya demi satu senyuman lebar di bibirku, betapa banyak do’a yang tercurah hanya demi keselamatan dan kebahagiaan jiwa ragaku, hanya untuku. Hanya untuku seorang..
Lalu bagaimana jika cucuran keringat itu, curahan do’a-do’a mulia itu hanya terbalas kepedihan atas kekalahan sang anak dan berakhir kekecewaan???
Tak terbayang ...
Wajah yang penuh dengan segala pengharapan, berharap sang anak pulang dengan membawa sebuah piala kemenangan. Atas hidup yang iia pilih, tiba-tiba harus berakhir dengan sebuah kekewaan yang mendalam. Piala kemenangan tak lagi dapat terbawa pulang. Hanya untaian kata di akhir penantian “bu, saya gagal” tak terbayang …
Penantian yang berakhir kekecewaan ..
Tapi bagaimana jika piala kemenangan hidup itu dapat ku raih dan ku persembahkan khusus untuk mereka..
Tak terbayang pula keterharuannya ,,,
Hingga terucap kata “itulah anakku, itulah kebanggaanku”
Aku semakin yakin atas jalan yang ku pilih
Terjangan ombak kan ku hadang, hembusan angin kan ku lawan, jauhnya jarak kan ku tempuh, dalamnya laut kanku lalui demi satu yang ku tuju. Piala kemenangan hidup. Piala harapan orangtua


0 komentar on "catatan usang"

Posting Komentar