Raden Adjeng Kartini, siapa yang tidak kenal dengan salah satu
pahlawan perempuan Indonesian ini. Setiap tanggal 21 April para pelajar
berbondong-bondong memakai pakaian adat untuk memperingati hari kelahirannya, tak hanya itu setiap
upacara bendera pun tak jarang para pelajar menyanyikan lagu Kartini. Sebuah
buku yang berjudul “Habis gelap terbitlah terang”pun yang sampai ini
masih teringat dalam memori sejarah kita sebagai suatu alat perjuagannya.
Mungkin sering diantara kita menanyakan, Apa yang di perjuangkan Kartini
sehingga perjuangannya begitu di kenang?
Berawal dari
surat yang dijadikan sebuah alat, Kartini menuliskan realita sosial yang
terjadi pada saat itu lebih spesifiknya adalah mengenai problematika perempuan.
Ia menulis surat lalu mengirimkannya kepada teman-temannya yang berasal dari
Belanda. Tulisan surat-suratnya berisikan tentang keluhan-keluhan yang
dirasakan perempuan-perempuan pribumi pada saat itu. Perempuan berada di bawah
kuasa dan perintah seorang laki-laki terutama ayah atau suaminya setelah
menikah. Peranan wanita terbatas pada tiga tempat yaitu dapur, sumur dan kasur.
Pada dasarnya semua ini dilakukan karena banyaknya batasan yang melarang
perempuan untuk menuntut ilmu khususnya
menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan, Dia ingin
wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Cita-cita dan
perjuangannya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan kini bisa di rasakan oleh setiap perempuan. Setiap
perempuan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan serta kemajuan
atas dirinya sendiri. Hanya saja terdapat beberapa pendapat yang kontradiktif
dengan perjuangannya. Lalu bagaimanakan Islam memandang perjuangan Kartini?
Islam
adalah agama yang sempurna, setiap apapun yang kita lakukan mempunyai
aturan-aturan yang harus kita taati. Begitu pula tentang penciptaan dan peran
laki-laki dan perempuan. Penciptaan laki-laki dan perempuan tidak semata-mata
terjadi begitu saja, tentunya Allah SWT mempunyai maksud dari penciptaan dua
jenis makhluk-Nya. Perbedaan yang membedakan keduanya pun bukan untuk
menjatuhkan satu sama lain dalam setiap kekurang-kerurangannya tetapi untuk
saling melengkapi satu sama lain, tak hanya itu perbedaan keduanya pun apabila
di sinergikan akan diperoleh suatu corak yang indah.
1.
Laki-laki dan perempuan merupakan makhluk Allah yang
diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya seperti dalam surat . dan tidaklah
aku menciptakan laki-laki dan perempuan hanya untuk beribadah.
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan
manusia hanya untuk beribadah”
2.
Selain itu laki-laki dan perempuan di jadikan sebagai khailifah di bumi.
3.
laki-laki dan perempuan mempunyai amal yang sama dalam
menjalankan setiap amal ma’rufnya dan mempunyai siksaan yang sebanding pula
apabila melakukan amal munkarnya.
Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
4.
Kebebasan untuk dapat mencari ilmu. Sebagaimana yang di
perintahkan Rassulullah SAW
“Carilah ilmu walaupun ke negri Cina”
Apabila kita menarik benang merah dari uraian di atas maka
kita akan ketahui bahwasanya Islam telah mengatur hak dan kewajiban terhadap
perempuan. Islam memberikan hak kepada perempuan untuk memperoleh pendidikan
dan memperoleh hak dalam pengembangan kemajuan dirinya. Perjuangan yang di
perjuangkan oleh Kartini selaras dengan hak-hak yang Islam berikan kepada kaum
Perempuan tanpa lepasnya peran dan
posisi yang telah telah di syariatkan Islam sebagai perempuan, sebagai istri
atau sebagai ibu. Kini kita dapat melihat dan menyimpulkan bahwa yang di
perjuangkan kartini adalah syari’at yang terdapat dalam islam
0 komentar:
Posting Komentar