Perempuan
adalah perempuan dan dapat dilihat sebagai perempuan sekalipun berperan serta dalam
dunia kerja laki-laki. Oleh karena itu untuk memiliki kemampuan efektifitas
prilaku yang tepat sesuai tuntuta yan ada, sebagai perempuan saya harus peka
terhadap situasi dan social dalam diri saya.
Betapa
bahagianya jika saya dapat menghasilkan buah karya atau pikiran yang bermanfaat
bagi masyarakat luas. Alangkah percaya dirinya saya tatkala kita bisa
mengaktualisasikan diri, bahkan ikut membantu perekonomian keluarga. Siapa sih yang tak ingin menjadi muslimah
produktif? Tapi begitu saya menikah dan waktu seakan habis untuk mengurus rumah
tangga, suami, dan anak, mendadak ibaratnya kita harus “banting stir”. Semua
impian tadi serasa sirna, paling tidak untuk sementara. Tapi sampai berapa
lama? Sementara
luapan keinginan untuk terus berkarya sulit kita bendung lagi. Inilah yang disebut “dilema produktivitas”. Bagi saya
sebagai muslimah yang belum berkeluarga, dilema ini bisa menyebabkan sikap ”nanti
sajalah!” jika ditanya apakah sudah siap menikah. Bagi ibu rumah tangga,
dilema inilah yang menimbulkan kebimbangan saat memilih bekerja atau di rumah
saja, atau guilty feeling untuk yang sibuk bekerja, atau bahkan rasa
bosan kala menjadi FTM (full-time mother).
Sebenarnya,
mana yang lebih produktif antara mengurus keluarga atau bekerja atau
beraktivitas sosial? Tampaknya banyak di antara kita yang bertanya seperti itu,
termasuk yang belum berkeluarga karena kelak akan mengalaminya. Bagaimana sosok
muslimah produktif itu? Bagaimana Islam memandang masalah ini? Sebagai agama
yang rahmatal lil ‘alamin, Islam tentunya dapat membentuk karakter
produktif pada diri seorang muslimah pada semua aspek kehidupannya, baik
pikiran, perasaan, fisik, moral dan tingkah lakunya.
Jadi, pengertian
muslimah produktif bagi saya bukan membanding-bandingkan antara yang bekerja,
yang aktivis kegiatan sosial, dan yang di rumah saja. Sama sekali bukan. Namun
muslimah produktif itu harus dipahami sebagai sosok yang berupaya memanfaatkan
waktu yang tersedia untuk mencapai tingkatan kualitas (standar) seorang muslimah
yang ideal, yaitu yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits.
0 komentar:
Posting Komentar